Outbond bersama Nina

Namaku Bondan, 24 tahun. Di kantorku bekerja ada seorang gadis cantik bernama Nina. Sehari-hari di kantor dia memakai j****b gaul yang dililitkan ke leher dan pakaianketat yang membentuk lekuk tubuhnya. Aku memang berbeda divisi dengannya tapi sempat beberapa kali bagian perutnya yang rata atau punggungnya yang putih tersingkap sedikit karena pakainnya yang ketat itu.
Sebenarnya aku tidak terlalu mengharapkan sesuatu terjadi diantara kami karena temanku Nurdin yang satu divisi dengannya ada hati sama Nina dan beberapa waktu belakangan sedang intensif pedekate ke Nina.
Seminggu yang lalu, kantorku mengadakan acara outbond ke daerah pegunungan yang sejuk udaranya. Di sepanjang perjalanan memang Nurdin terlihat semakin intensif mendekati Nina seperti mereka duduk bersebelahan di bis. Aku bisa melihatnya karena aku duduk di belakang mereka.
Di lokasi, kami diinapkan di suatu kompleks villa. Tentunya satu rumah perempuan semua atau laki-laki semuanya. Tapi jika sedang ada acara terlihat orang-orang banyak melakukan pedekate kepada cowok/cewek yang selama ini ditaksirnya, termasuk Nurdin. Dalam setiap acara hampir dapat dipastikan mereka selalu terlihat berdua.
Kecuali pada acara yang kami diatur kelompoknya oleh panitia untuk melskukan games2 outbound. Salah satunya ketika Nina berada satu kelompok denganku dan Nurdin tidak sekelompok dengan kami. Dalam games-games yang kami lakukan, tak jarang aku harus bersentuhan dengan Nina, memegang tangnnya yang putih dan halus memberikan sensasi tersendiri padaku. Apalagi ketika salah satu games mengharuskan kami berjajar menungging berpegangan tangan, aku berada tepat di belakang Nina. Aku dapat melihat buah pantatnya yang molek meski masih tertutup celana tipis ketat tapi tetap saja itu lebih dari cukup untuk membangkitkan hasratku.
Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak ngaceng, atau kalaupun ngaceng nggak kelihatan.
Malam harinya, setelah makan malam panitia mengadakan acara hiburan malam dengan mengundang artis lokal organ tunggal. Selain itu ada juga kompetisi nyanyi antar divisi. Tapi karena lagu-lagunya tidak cocok denganku aku tidak dapat menikmati sepenuhnya. Setelah agak lama aku akhirnya nggak tahan lagi dengan hingar bingar organ tunggal tersebut dan keluar menyendiri di taman beberapa puluh meter dari ruang aula. Kompleks villa yang kami tempati kalau malam sangat gelap kecuali di sekitar rumah-rumah dan tempat pertemuan. Taman dimana tempatku berada juga sangat gelap.
Aku sedang duduk di sebuah ayunan di taman tersebut dan berayun-ayun lembut ketika tiba-tiba ayunan di sebelahku juga ikut berayun. Aku sempat kaget dan takut, jangan-jangan itu penunggu kompleks villa tersebut karena dari cerita2 yang kubaca di forum2, kompleks villa ini katanya angker. Ketakutanku sirna ketika di ayunan tersebut aku lihat sosok yang familiar, Nina. Apalagi setelah dia menyapaku sambil tersenyum manis, “Mas Bondan, sendirian aja, boleh gabung?”. Aku pun menjawabnya, “Oh, Nina… kirain siapa, aku sempet kaget. Iya aku nggak suka sama musik-musik yang dinyanyiin, bukan seleraku, malah jadi bikin pusing. Enakan di sini tenang, bisa menikmati malam, melihat bintang- bintang dan bulan yang indah.”
“Aku juga nggak terlalu suka sih mas sama musiknya, terus…” tampak keraguan di wajahnya untuk melanjutkan kata-katanya. “kenapa Nin? Ada yang ingin kau katakan?” tanyaku.
“Umm… bilang nggak ya, tapi aku malu mas…”. Dia masih tampak ragu untuk bercerita. “Kenapa malu? kalau nggak mau diceritakan ya udah nggak usah, mending nikmati aja udara malam sama bulan bintang di angkasa, siapa tahu bisa menenangkan hatimu…” Aku sok mencoba memberi solusi, padahal sih aku juga bingung mau ngobrol apa, apalagi temaram gelap malam menjadikan wajahnya semakin cantik.
Beberapa saat kami hanya terdiam sesuai saranku padanya, dan aku tidak hanya menikmati indahnya malam tetapi juga sering curi-curi pandang melihat gadis yang malam itu memakai kaos dan celana panjang ketat serta j****b pendek. Tiba-tiba Nina memecsh kesunyian, “Mas, aku mau cerita sesuatu tapi jangan bilang-bilang ke orang lain ya….” masih dengan raut muka ragu, tapi sudah lebih tenang daripada tadi.
“OK, aku bisa jaga rahasia…”. Sebenarnya boong banget sih, lha ini aku ceritain… X_X. Tapi demi menenangkan hati seorang gadis cantik ya biarlah…
“Jadi gini mas, tadi mas Nurdin ngajakin aku ke Villanya….” dia berhenti sebentar untuk melihat reaksiku. Karena reaksiku tidak berubah, dia melanjutkan ceritanya. “Di villanya tadi kita cuma berdua karena yang lain lagi ikut acara nyanyi-nyanyi itu….” Perasaanku mulai tidak karuan. Pikiranku sudah kemana-mana, jangan-jangan meraka sudah tidur bareng, dsb. Eantah kenapa aku jadi terangsang dengan ceritanya.
“Mas Nurdin tadi nembak aku…” kembali dia terhenti. Aku semakin terangsang mendengarnya. Aku hanya bisa bilang, “terus…?”
“Aku belum ngasih jawaban. Entah kenapa Aku masih ragu sama dia….” Mulai tampak matanya berkaca-kaca. “Mas Nurdin lalu megang tangan aku dan mendekatkan bibirnya padaku…” OMG… aku nggak tahan… kalau bukan karena matanya yang berkaca-kaca dan raut sedih di mukanya udah kuembat si Nina ini….
“Tenang Nin, kalau nggak mau diterusin nggak papa…” kataku. Tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi cemas dan berkata, “Enggak kok mas, jangan salah sangka. Hanya sebatas itu saja yang kami lakukan, aku menepis mukanya dan pergi meninggalkan mas Nurdin. Habis itu aku kesini dan ketemu mas Bondan.” Kembali matanya berkaca-kaca, setetes air mengalir dari sudut matanya.
Kemudian aku bangkit dan mendekatinya, aku pegang pundaknya berusaha menenangkannya, ” its Ok Nin, nggak papa…” Dia semakin terisak dan akhirnya bangun jug adan pipinya rebah di pundakku, dadany ayang berukuran 34 menempek ke dadaku. “Menangislah Nin, keluarkan emosimu biar lebih lega…”
Beberapa menit kemudian, tangisannya sedikit mereda, dan Nina menengadahkan wajahnya ke wajahku. “Mas Bondan, sebenarnya aku suka sama mas Bondan….” Mendengar kata itu terucap kami seakan terhipnotis, dan bibir kami semakin mendekat sampai kukecup bibirnya yang tipis perlahan selama beberapa detik.
“Sorry Nin, aku kebawa suasana….” Aku masih mencoba bersikap gentleman. “Nggak papa kok mas, aku menikmatinya…” Kata Nina. Kemidian dia menarik tubuhku, mengecup bibirku dengan cepat dan ganas, lidahnya dikeluarkan dan mencari-cari lidahku. Aku pun berusaha mengimbanginya. Buah dadanya yang menempel di dadaku kurasakan semakin mengeras. Perutnya pun digesek-gesekkan ke selangkanganku.
Mendapat perlakuan seperti kelelakianku semakin mengeras, aku yakin dia dapat merasakannya juga. satu tanganku mulai aku beranikan meremas pantatnya. satuny alagu aku gunakan untuk mengelus elus pundaknya dan terus naik menuju leher belakang di balik j****bnya sampai terlepas dan dapat kulihat rambutnya yang indah tergerai sebahu.
Lalu Nina kutuntun menuju villaku yang juga masih belum ada orang karena acaranya belum selesai. Percumbuan pun kami lanjutkan dengan ganas dan satu per satu pakaian yang melekat di tubuh kami pun tanggal. Kukulum-kulum puting kirinya sementara tangan kiriku memilin-milin puting kanannya. Tangan kananku pun tak mau kalah mengelus-elus memeknya yang sudah sangat basah.
Tangan kanan Nina mencengkeram punggungku dan tangan kirinya mengocok-kocok kontolku. Bibirnya mengecup-kecup telingaku. Posisi seperti ini bertahan sekitar sepulu menit sampai Nina berkata, “Mas Bondan, masukkin dong…” sambil menuntun kontolku ke memeknya.
Kontolku mengalami sedikit kesulitan menembus memeknya, aku terus berusaha dengan mendorong lebih dalam. setelah beberapa saat tembus juga memek Nina disertai pekikan kecil dan terasa ada yang sobek. “Nin… Kamu masih perawan?” tanyaku agak merasa bersalah.
“Enggak lagi mas, kan udah disobek mas Bondan..?” sambil tersenyum manis meski ada beberapa titik air menetes dari sudit matanya. Aku kembali memaju mundurkan kontolku perlahan, dan Nina pun mendesah-desah menikmati kontolku di memeknya. “Mas, lebih cepet dong…”
Aku pun menuruti perintahnya dan beberapa menit kemudian kembali Nina terpekik, tapi kali ini karena orgasmenya datang. “Mas… aku…. Ah…..” tangannya mencengkeram punggukngku dan dia menggigit pundakku menikmati orgasmenya.
Setelah cengkeramannya mereda aku pun menghentikan genjotanku, memberinya kesempatan mengambil napas. “Maafin aku Nin, aku telah mengambil keperawananmu…”
“Nggak papa kok mas Bondan, aku rela kok kalau sama mas Bondan” lalu Nina menciumku kembali dengan lembut, semakin lama semakin mengganas kembali. Payudaranya kembali mengeras, batang kontolku dipegangnya lagi dan dikangkanginya kemudian dimasukkan ke dalam memeknya. Dia pun menggonyang pantatnya dengan posisi wot.
Sekitar sepuluh menit kemudian terasa cengkeraman memeknay di kontolku makin kuat, pertanda dia mau orgasme lagi. Aku pun bilang, “Bentar Nin, kita keluar bareng yuk…”
Lalu kubalikkan badanny atanpa melepas kontolku dari vaginanya dan posisinya berubah jadi doggy style. Aku makin memompa kejantananku di vaginanya sampai kami berdua mendapat orgasme bersamaan. Sungguh nikmat memek perawan nina.
Setelah beristirahat dan membersihkan badan, kami berdua pun kembali ke acara nyani-nyanyi seakan tidak terjadi apa-apa.
Beberapa kali lagi kami sempat curi-curi waktu di antara acara dan mengulangi persetubuhan yang ganas. Tapi kami sepakat untuk menjaga rahasia. Nurdin pun masih saja intens pedekate ke Nina…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar